twitter
    The Sense of New Generation...

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar
dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah
pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon,
memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.

Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.
Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak
kecil itu.

Waktu terus berlalu.

Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak
lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap
harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel.

Wajahnya tampak sedih.
"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta
pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan
pohon lagi," jawab anak lelaki itu.
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak
punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak
punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua
buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan
uang untuk membeli mainan kegemaranmu."

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik
semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan
penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang
lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
"Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu.
"Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami
membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau
menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau
boleh menebang semua dahan rantingku untuk
membangun rumahmu," kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan
ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak
lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah
kemba li lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi.
Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

"Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu.
"Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin
pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi
aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh
memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk
membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan
bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon
apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.

Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang
menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah
bertahun-tahun kemudian.

"Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak
memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk
meng igit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa
kau panjat," kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab
anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang
bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah
akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata
pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata
anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat.
Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon
tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan
beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan
akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil
meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan
ayah dan ibu kita.

Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan
mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan
sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada
di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka
berikan untuk membuat kita bahagia.
Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah
bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi
begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

yang terpenting: cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa
kita mencintainya; dan berterima kasih atas
seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya
pada kita.

Success is not the key of happiness. Happiness is
the key of success

Sweet Grils...

Sweet Gril How are You today?
I See Pretending in your eyes
What it is Could to be?
Just Share here with me...

Because you never really know
What a Warming smile in your face
What is that mean?
Maybe it just missunderstand...

Why you always run like this?
Make someone feel in emptyness
you don't know how and what it feel
in someone Heart...

I am sure sometime I will tell
How trully I Have mind on You
Till that time is Come
Just Hold on Me...

Chord : C G Am Em F C G

Just Looking You is More than Enough to make me Chears...
Nice to See U Around...